Rabu, 02 Maret 2016

SALIK



            Salik adalah seseorang yang selalu menelusuri, menapaki perjalanan nan indah dan damai dalam hidupnya. Menuju sebuah tempat yang ia anggap itu adalah jalan yang mesti manusia tempuh dalam hidupnya. Tempat ini ia yakini sebagai satu-satunya jalan yang harus dilalui manusia yang benar-benar meyakini Allah Swt dengan Islam yang ia bawa. Sebuah jalan besar umat muslim menuju substansi dasar yang mutlak dan abadi, dimana ia kembali kepada seharusnya ia berada, Sang Pencipta.
            Dalam setiap perjalanan yang ia tempuh, tak semudah jalanan aspal yang lurus sekalipun maka akan selalu ada halangan disana, seperti hadangan mobil lain yang harus ia lalui disetiap perjalannya. Namun sebagai Salik, yang dalam perjalanannya senantiasa menulusuri jalanan dengan tertib dan taat pada peraturan, maka ia tidak akan menemukan kesulitan yang dianggap orang lain itu sulit. Salik selalu menikmati perjalanannya sebagai tour yang sangat menyenangkan untuknya. Tapi, tentu hal ini beda jauh dengan apa yang dimaksud tour yang biasa orang-orang lakukan pada masa kini. Salik tengah berusaha menggapai sebuah perjalanan dalam tournya bukan sekedar kunjungan, akan tetapi Salik akan tinggal disana untuk selamanya, menuju sebuah keabadian bertemu dengan Sang Rahmat dan Sang Kudus.
            Salik tidak pernah merasa sendirian dalam perjalanannya, karena begitu banyak orang lain pun yang menelusuri jalan yang sama dengannya. Bersama-sama maka salik selalu bersemangat. Dan saking banyaknya orang bersamanya menelusuri jalan yang sama, ia selalu sadar bahwa Allah Maha Melihat. Artinya Allah senantiasa melihat keseluruhan dari tiap-tiap manusia, baik itu kelompok maupun perorangan. Maka Salik berupaya menjadi manusia diantara manusia yang lebih baik.
            Demikian cerita seorang Salik diatas menggambarkan upaya seorang hamba untuk menjadi manusia diantara manusia yang lebih baik tersebut. Namun kiranya, untuk disandingkan dengan seorang Salik sungguhan itu hanya sebuah penggambaran kondisi hamba semata. Dengan berani hamba mengatakan bahwa masih sangat jauh perjalanan ini dilakukan, apalagi menempuhnya. Hamba belum menjadi apa-apa diantara yang lain.
            Menempuh perjalanan seorang Salik bagi hamba itu merupakan masih sebuah mimpi dan cita-cita. Seorang salik tentu ia sudah memiliki banyak bekal bawaan dikendaraan dan menelusuri perjalanannya, sedangkan hamba masih tengah memberes-bereskan bekal bawaan yang baru sedikit-demi sedikit terkumpul tersebut dan dengan sibuk masih mencari kunci kendaraannya. Istilah lain yang dapat kita ambil yaitu, dimana orang-orang sudah mudik dan hamba masih membereskan barang bawaan mudik serta belum memesan tiket.
            Beginilah hidup, ada yang dibawah dan ada pula yang diatas. Terkadang ada orang-orang yang memandang bahwa hidup itu begitu sulit, tetapi ada pula orang-orang yang memandang bahwa hidup ini begitu sederhana. Hamba kira segala penjelasan untuk ukuran masa kini itu adalah pilihan. Maka sebagaimana pun kita menjelaskan tentu orang lain tetap memegang teguh prinsip yang ia pegang, terkecuali orang-orang yang berpikir fleksibel dan inklusif.
            Demikian untuk menjadi seorang Salik pun sebagian orang ada yang melihat itu hal mudah dan ada yang melihat itu hal yang sulit. Hal ini tergantung dari representasi seseorang dalam memahami atau menafsir tentang hidup ini. Terkecuali cara pandang seorang Salik dalam memahami hakikat hidup, itu merupakan sebuah proses atau tour rohani yang harus mereka jalani.