Jumat, 19 Februari 2016

5 Tafsir Surat Al-Lahab


TAFSIR SURAT AL-LAHAB
(Gejolak Api | Nyala)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhco3w_CwHoGy5Qfi_DJP0-3jT8eh4yfepu1ZcKzM6HogP-N4-BrOaXkENZoN1dnRffdQinQ93hSoOhOgsc3u_23JL05tfqZcFYRaFoiRlaGlxC5L11XQ4RBBGoT7dXKq-izgd3GuImDVY/s320/bismilah.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWOVsjMJG3uro5TGPEp2hWxauo1cxw8RCa3az0aqdvfpQ8IsXHDiYJu6fqdSetCmPhwliG2xQzC9dgTDFXUpGPTCD6rKjljyG9NZI4xLrPI7DR60IQMakxlNVUs6CYQaHvT-J1IagZVVQ/s320/111_2.pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOcwDUAP8YxxtusXeHlEdckOqOeB5O2m5FfiuUpo91YiC07UDiL_AOvdRv6muq6hyphenhyphenBdZYUuVz8q8BuJF5ojJgVwXdarH88WP4mVpQEw4IiSjkcXTWbzG6ptGVwT7kmbG4MIcEcqI2A57o/s320/111_1.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFvIYupi9rclUaBtnQeFS2ZPay9s8Xa0UJgfZQUJzUItJUeal_H1bJC95AINpPd0JQ6ApLOeX-dObxDMKGIZoA-a8Smt3_7DNYZxr37D2Dyn_Jg_cuXakryg69OLeCAgshBD2RuWmYtaI/s320/111_4.pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3aNmXy8Y1xG10hvEU3ctJg2C1zKbXaktckt4eDctlUcxGv1KTL4LbIG7TeUI5zon2VQdmb6Bs-waiictkVu2ORIx8yyezklddEPF0yGCgmCdlGl0NagXeVFDIl8ghbRmfQZMXreb2NlY/s320/111_3.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhZCZskjW60HXVaacuY32u_QKUBH0mJI6TmaBLv4oXXXU0792QNNYgpnd72v22XXOvW3dFRMyVo_kXSzLxqr74ucTxb7spmNlB1e7xDe5Xf7FLdjcL8IXU1cxSTgieI_2Qadi4p5seaIE/s320/111_5.png
TERJEMAH :
Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. (QS. 111-1) Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. (QS. 111-2) Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. (QS. 111-3) Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. (QS. 111-4) Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. 111-5)”

MUQODIMAH :
Surat Al Lahab yang artinya gejolak api (nama lainnya: surat Al Masad) mengisahkan paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang betul-betul memusuhi beliau yaitu Abu Lahab dan isterinya. Diceritakan dalam surat ini bahwa keduanya akan celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab tak berguna untuk keselamatannya demikian pula segala usaha-usahanya. Nama asli Abu Lahab itu sendiri adalah Abdul ‘Uzza bin ‘Abdil Mutholib. Nama kunyahnya adalah Abu ‘Utaibah. Namun beliau lebih dikenal dengan Abu Lahab, karena wajahnya yang memerah (makna lahab: api yang bergejolak). Beliau lah yang paling banyak menentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga Allah Ta’ala membicarakan sekaligus mengabadikan nama Abu Lahab dalam firman-Nya. Surat Al-Lahab ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Fath. Dalam surat ini pula Allah bukan hanya menceritakan Abu Lahab semata, akan tetapi pula menceritakan

ASBABUN NUZUL :
Seketika datang ayat yang tersebut di dalam Surat 26, asy-Syu'ara', ayat 214:
"Dan beri peringatanlah kepada kaum kerabatmu yang terdekat,"
Rasulullah Saw diperintahkan untuk mengumpulkan kerabat-kerabat dekatnya dan menyampaikan perihal kenabian beliau sebagai awal dimulainya dakwah islam secara terbuka. Kemudian beliau mendaki puncak bukit Shafa dan menyeru “(ya sabaha)”, ungkapan ini digunakan untuk mengabarkan kepada semua orang agar bersiap-siap membela diri ketika pasukan musuh hampir menyerang.
Ketika seruan Nabi Muhammad terdengar ke berbagai penjuru hunian kabilah-kabilah Mekkah, mereka pun datang mengahampirinya. Kemudian beliau menunjuk berbagai kabilah Arab dan berkata kepada mereka. “sekiranya aku katakan kepada kalian bahwa ada sebuah pasukan besar tengah berkemah di kaki gunung ini, apakah kalian akan percaya padaku ? “Para hadirin menjawab, “ tentu saja kami percaya, karena engkau tidak pernah berkata dusta”. Lalu Nabi saw melanjutkan, “Aku diutus oleh Allah sebagai seorang pengingat untuk mengajarkan keesaan Tuhan”. Mendengar hal ini, Abu Lahab menukas, “Celakalah engkau ! Apakah karena ini engkau mengumpulkan kami ?” Pada saat itulah ayat-ayat surah ini diturunkan, yang berbunyi, Binasalah kedua tangan Abu Lahab, binasalah (ia).
Adapun asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ini pula diterangkan dalam riwayat berikut:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْبَطْحَاءِ فَصَعِدَ إِلَى الْجَبَلِ فَنَادَى يَا صَبَاحَاهْ فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ حَدَّثْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ مُصَبِّحُكُمْ أَوْ مُمَسِّيكُمْ أَكُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا تَبًّا لَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ إِلَى آخِرِهَا
 “Dari Ibnu Abbas bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju Bathha`, kemudian beliau naik ke bukit seraya berseru, “Wahai sekalian manusia.” Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul. Kemudian beliau bertanya, “Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian, bahwa musuh (di balik bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda lagi, “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang pedih.” Akhirnya Abu Lahab pun berkata, “Apakah hanya karena itu kamu mengumpulkan kami? Sungguh kecelakanlah bagimu.” Maka Allah menurunkan firman-Nya: “TABBAT YADAA ABII LAHAB..” Hingga akhir ayat.” (HR. Bukhari no. 4972 dan Muslim no. 208).
Demikian bahaya dan permusuhan Abu Lahab dan istrinya tidak hanya terbatas pada tindakan tersebut. Kedua orang ini malah merupakan seburuk-buruknya manusia di masa itu dan musuh yang paling alot di masa Islam awal. Itulah sebabnya Al-Qur’an jelas-jelas mengutuk mereka.






TAFSIR AYAT :
A.  Tafsir Jalalain (Jalaluddin Asy-Syuyuthi. Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy)
001. (Binasalah) atau merugilah (kedua tangan Abu Lahab) maksudnya diri Abu Lahab; di sini diungkapkan dengan memakai kata-kata kedua tangan sebagai ungkapan Majaz, karena sesungguhnya kebanyakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan kedua tangannya; Jumlah kalimat ini mengandung makna doa (dan sesungguhnya dia binasa) artinya dia benar-benar merugi. Kalimat ayat ini adalah kalimat berita; perihalnya sama dengan perkataan mereka: Ahlakahullaahu Waqad Halaka, yang artinya: "Semoga Allah membinasakannya; dan sungguh dia benar-benar binasa." Ketika Nabi saw. menakut-nakutinya dengan azab, ia berkata, "Jika apa yang telah dikatakan oleh anak saudaraku itu benar, maka sesungguhnya aku akan menebus diriku dari azab itu dengan harta benda dan anak-anakku." Lalu turunlah ayat selanjutnya, yaitu:
002. (Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang ia usahakan) maksudnya apa yang telah diusahakannya itu, yakni anak-anaknya. Lafal Aghnaa di sini bermakna Yughnii, artinya tidak akan berfaedah kepadanya harta dan anak-anaknya.
003. (Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak) yang besar nyalanya; kata-kata ini pun dijadikan pula sebagai julukan namanya, karena ia mempunyai muka yang berbinar-binar memancarkan sinar merah api.
004. (Dan begitu pula istrinya) lafal ini di'athafkan kepada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Yashlaa, hal ini diperbolehkan karena di antara keduanya terdapat pemisah, yaitu Maf'ul dan sifatnya; yang dimaksud adalah Umu Jamil (pembawa) dapat dibaca Hammalaatun dan Hammaalatan (kayu bakar) yaitu duri dan kayu Sa'dan yang banyak durinya, kemudian kayu dan duri itu ia taruh di tengah jalan tempat Nabi saw. lewat.
005. (Yang di lehernya) atau pada lehernya (ada tali dari sabut) yakni pintalan dari sabut; Jumlah ayat ini berkedudukan menjadi Haal atau kata keterangan dari lafal Hammaalatal Hathab yang merupakan sifat dari istri Abu Lahab. Atau kalimat ayat ini dapat dianggap sebagai Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan.

B.  Tafsir Al-Azhar (Buya Hamka)
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab." (pangkal ayat 1). Diambil kata ungkapan kedua tangan di dalam bahasa Arab, yang berarti bahwa kedua tangannya yang bekerja dan berusaha akan binasa. Orang berusaha dengan kedua tangan, maka kedua tangan itu akan binasa, artinya usahanya akan gagal; ' Watabb!"– "Dan binasalah dia."(ujung ayat 1). Bukan saja usaha kedua belah tangannya yang akan gagal, bahkan dirinya sendiri, rohani dan jasmaninya pun akan binasa. Apa yang direncanakannya di dalam menghalangi da'wah Nabi s.a.w. tidaklah ada yang akan berhasil, malahan gagal!
Menurut riwayat tambahan dari al-Humaidi; "Setelah isteri Abu Lahab mendengar ayat al-Quran yang turun menyebut nama mesjid. Beliau s.a.w. di waktu itu memang ada dalam mesjid di dekat Ka'bah dan di sisinya duduk Abu Bakar r.a. Dan di tangan perempuan itu ada sebuah batu sebesar segenggaman tangannya. Maka berhentilah dia di hadapan Nabi yang sedang duduk bersama Abu Bakar itu. Tetapi yang kelihatan olehnya hanya Abu Bakar saja. Nabi s.a.w. sendiri yang duduk di situ tidak kelihatan olehnya. Lalu dia berkata kepada Abu Bakar: "Hai Abu Bakar, telah sampai kepada saya beritanya, bahwa kawanmu itu mengejekkan saya. Demi Allah! Kalau saya bertemu dia, akan saya tampar mulutnya dengan batu ini."
Sesudah berkata begitu dia pun pergi dengan marahnya.
Maka berkatalah Abu Bakar kepada Nabi s.a.w. "Apakah tidak engkau lihat bahwa dia melihat engkau?" Nabi menjawab: "Dia ada menghadapkan matanya kepadaku, tetapi dia tidak melihatku. Allah menutupkan penglihatannya atasku."
Tidaklah memberi faedah kepadanya hartanya dan tidak apa yang diusahakannya." (ayat 2).
Dia akan berusaha menghabiskan harta-bendanya buat menghalangi perjalanan anak saudaranya, hartanyalah yang akan licin tandas, namun hartanya itu tidaklah akan menolongnya. Perbuatannya itu adalah percuma belaka. Segala usahanya akan gagal.
Menurut riwayat dari Rabi'ah bin 'Ubbad ad-Dailiy, yang dirawikan oleh al-Imam Ahmad; "Aku pernah melihat Rasulullah s.a.w. di zaman masih jahiliyah itu berseru-seru di Pasar Dzil Majaz; "Hai sekalian manusia! Katakanlah "La Ilaha lllallah," (Tidak ada Tuhan melainkan Allah), niscaya kamu sekalian akan beroleh kemenangan."
Orang banyak berkumpul mendengarkan dia berseru-seru itu. Tetapi di belakangnya datang pula seorang laki-laki, mukanya cakap pantas. Dia berkata pula dengan kerasnya; "Jangan kalian dengarkan dia. Dia telah khianat kepada agama nenek-moyangnya, dia adalah seorang pendusta!" Ke mana Nabi s.a.w. pergi, ke sana pula diturutkannya. Orang itu ialah pamannya sendiri, Abu Lahab.
Menurut riwayat dari Abdurrahman bin Kisan, kalau ada utusan dari kabilah-kabilah Arab menemui Rasulullah s.a.w. di Makkah hendak minta keterangan tentang Islam, mereka pun, ditemui oleh Abu Lahab. Kalau orang itu bertanya kepadanya tentang anak saudaranya itu, sebab dia tentu lebih tahu, dibusukkannyalah Nabi s.a.w. dan dikatakannya: "Kadzdzab, Sahir." (Penipu, tukang sihir).
Namun segala usahanya membusuk-busukkan Nabi itu gagal juga!
"Akan masuklah dia ke dalam api yang bernyala-nyala." (ayat 3). Dia tidak akan terlepas dari siksaan dan azab Allah. Dia akan masuk api neraka. Dia kemudiannya mati sengsara karena terlalu sakit hati mendengar kekalahan kaum Quraisy dalam peperangan Badar. Dia sendiri tidak turut dalam peperangan itu. Dia hanya memberi belanja orang lain buat menggantikannya. Dengan gelisah dia menunggu-nunggu berita hasil perang Badar. Dia sudah yakin Quraisy pasti menang dan kawan-kawannya akan pulang dari peperangan itu dengan gembira. Tetapi yang terjadi ialah sebaliknya. Utusan-utusan yang kembali ke Makkah lebih dahulu mengatakan mereka kalah. Tujuh puluh yang mati dan tujuh puluh pula yang tertawan. Sangatlah sakit hatinya mendengar berita itu, dia pun mati. Kekesalan dan kecewa terbayang di wajah janazahnya.
Anak-anaknya ada yang masuk Islam seketika dia hidup dan sesudah dia mati. Tetapi seorang di antara anaknya itu bernama Utaibah adalah menantu Nabi, kawin dengan Ruqaiyah. Karena disuruh oleh ayahnya menceraikan isterinya, maka puteri Nabi itu diceraikannya. Nabi mengawinkan anaknya itu kemudiannya dengan Usman bin Affan. Nabi mengatakan bahwa bekas menantunya itu akan binasa dimakan "anjing hutan". Maka dalam perjalanan membawa perniagaan ayahnya ke negeri Syam, di sebuah tempat bermalam di jalan dia diterkam singa hingga mati.
"Dan isterinya." (pangkal ayat 4). Dan isterinya akan disiksa Tuhan seperti dia juga. Tidak juga akan memberi faedah baginya hartanya, dan tidak juga akan memberi faedah baginya segala usahanya; Pembawa kayu bakar. " (ujung ayat 4).
Sebagai dikatakan tadi nama isterinya ini Arwa, gelar panggilan kehormatannya sepadan dengan gelar kehormatan suaminya. Dia bergelar Ummu Jamil; Ibu dari kecantikan! Dia saudara perempuan dari Abu Sufyan. Sebab itu dia adalah 'ammah (saudara perempuan ayah) dari Mu'awiyah dan dari Ummul Mu'minin Ummu Habibah. Tetapi meskipun suaminya di waktu dulu seorang yang tampan dan ganteng[1], dan dia ibu dari kecantikan, karena sikapnya yang buruk terhadap Agama Allah kehinaan yang menimpa diri mereka berdua. Si isteri menjadi pembawa "kayu api", kayu bakar, menyebarkan api fitnah ke sana sini buat membusuk-busukkan Utusan Allah.
"Yang di lehernya ada tali dari sabut." (ayat 5).
Ayat ini mengandung dua maksud. Membawa tali dari sabut; artinya, karena bakhilnya, dicarinya kayu api sendiri ke hutan, dililitkannya kepada lehernya, dengan tali daripada sabut pelepah korma, sehingga berkesan kalau dia bawanya berjalan.
Tafsir yang kedua ialah membawa kayu api ke mana-mana, atau membawa kayu bakar. Membakar perasaan kebencian terhadap Rasulullah mengada-adakan yang tidak ada. Tali dari sabut pengikat kayu api fitnah, artinya bisa menjerat lehemya sendiri.
Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsimya bahwa Tuhan menurunkan Surat tentang Abu Lahab dan isterinya ini akan menjadi pengajaran dan i'tibar bagi manusia yang mencoba berusaha hendak menghalangi dan menantang apa yang diturunkan Allah kepada NabiNya, karena memperturutkan hawa nafsu, mempertahankan kepercayaan yang salah, tradisi yang lapuk dan adat-istiadat yang karut-marut. Mereka menjadi lupa diri karena merasa sanggup, karena kekayaan ada. Disangkanya sebab dia kaya, maksudnya itu akan berhasil. Apatah lagi dia merasa bahwa gagasannya akan diterima orang, sebab selama ini dia disegani orang, dipuji karena tampan, karena berpengaruh. Kemudian ternyata bahwa rencananya itu digagalkan Tuhan, dan harta-bendanya yang telah dipergunakannya berhabis-habis untuk maksudnya yang jahat itu menjadi punah dengan tidak memberikan hasil apa-apa. Malahan dirinyalah yang celaka. Demikian Ibnu Katsir.
Dan kita pun menampak di sini bahwa meskipun ada pertalian keluarga di antara Rasulullah s.a.w. dengan dia, namun sikapnya menolak kebenaran Ilahi, tidaklah akan menolong menyelamatkan dia hubungan darahnya itu.





C.    Tafsir Ibnu Katsir Al Qur’an Al ‘Azhim
Ayat (تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ), yaitu binasalah kedua tangan Abu Lahab, menunjukkan do’a kejelekan padanya. Sedangkan ayat (وَتَبَّ), yaitu sungguh dia akan binasa, menunjukkan kalimat berita.
Firman Allah Ta’ala (تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ), maksudnya adalah sungguh Abu Lahab merugi, putus harapan, amalan dan usahanya sia-sia. Sedangkan makna (وَتَبَّ), maksudnya adalah kerugian dan kebinasaan akan terlaksana.
Firman Allah Ta’ala (مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ), yang dimaksud (وَمَا كَسَبَ) yaitu apa yang ia usahakan adalah anaknya.
Firman Allah Ta’ala (سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ), yaitu kelak Abu Lahab akan mendapat balasan yang jelek dan akan disiksa dengan api yang bergejolak, sehingga ia akan terbakar dengan api yang amat panas.
Firman Allah Ta’ala (وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ), istri Abu Lahab biasa memikul kayu bakar. Istri Abu Lahab bernama Ummu Jamil, salah seorang pembesar wanita Quraisy. Nama asli beliau adalah Arwa binti Harb bin Umayyah. Ummu Jamil ini adalah saudara Abu Sufyan. Ummu Jamil punya kelakuan biasa membantu suaminya dalam kekufuran, penentangan dan pembakangan pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, pada hari kiamat, Ummu Jamil akan membantu menambah siksa Abu Lahab di neraka Jahannam. Oleh karena itu, Allah Ta’ala katakan dalam ayat selanjutnya,
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
Dan (begitu pula) istri Abu Lahab, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” Yaitu istri Abu Lahab akan membawa kayu bakar, lalu ia akan bertemu suaminya Abu Lahab. Lalu ia menambah siksaan Abu Lahab. Dan memang istri Abu Lahab dipersiapkan untuk melakukan hal ini.
Yang dimaksud firman Allah Ta’ala (فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ), yaitu maksudnya di leher Ummu Jamil ada tali sabut dari api neraka. Sebagian ulama memaknakan masad dengan sabut. Ada pula yang mengatakan masad adalah rantai yang panjangnya 70 hasta. Ats Tsauri mengatakan bahwa masad adalah kalung dari api yang panjangnya 70 hasta.

D.  Tafsir Nuzulul Qur’an (Allamah Kamal Faqih Imani)
Dalam kitab yang ditulis Raghib, al-Mufaradat, kata tab dan tabab  berarti “kerugian yang tetap”. Namun Thabarsi, dalam Majma’ al Bayan, mengartikan kata itu sebagai “kerugian yang mengarah pada kebinasaan”.
Beberapa filolog mengartikan tab sebagai “memotong”. Barangkali, arti ini menunjuk pada kerugian yang terus menerus biasanya mengarah pada suatu titik kehancuran. Namun demikian, dari semua pengertian yang disebutkan dapat disimpulkan bahwa pengertian yang terkandung adalah sama. Tentu saja, kebinasaan yang dimaksud bisa merujuk pada kebinasaan duniawi ataupun spiritual atau malah kedua-duanya.
Mengapa al-qur’an suci, yang memiliki gaya pengungkapan universal, menyebutkan secara jelas sebuah objek dengan nama yang jelas, Abu Lahab ?
Abu Lahab, secara kata sama artinya dengan, “Ayah gejolak api”. Ia adalah sebutan untuk seseorang yang bernama asli Abdul Uzza yang artinya “hamba berhala Uzza”. Abdul Uzza adalah seorang yang bertempramen panas dengan wajah yang memerah. Itulah barangkali orang ini diberi julukan atau nama Abu Lahab, karena lahab dalam bahasa Arab artinya “gejolak api”.
Abdul Uzza dan istrinya, Ummu Jamil, saudari Abu Sufyan, yang secara khusu disebutkan sebagai orang-orang terkutuk di antara musuh-musuh Islam, banyak sekali menyakiti Nabi saw. seseorang bernama Thariq al Muharibi berkata bahwa suatu saat Abu Lahab ditemukan berjalan dibelakang Nabi sawketika melewati pasa Zul Mujaz (dekat Arafah, jarak pendek ke Mekkah). Dia mengukiti dibelakang Nabi saw seraya berteriak agar jangan mendengarkan Nabi saw. dia mengatakan kepada orang-orang bahwa  Nabi seorang yang gila sambil melempari kaki beliau dengan batu-batu, sehingga membuat Nabi berjalan dengan kaki yang berdarah.
Banyak kisah yang diriwayatkan seputar perlakuan buruk tiada henti dan perkataan-perkataan sia-sia atau tak senonoh dari Abu Lahab kepada Nabi saw yang bisa dihitung sebagai alasan mengapa ayat-ayat yang tengah di bahas mengecam dan melaknati dia dan istrinya sedemikian jelas dan keras.
Dari kerabat dekat Nabi saw Abu Lahab merupakan satu-satunya orang yang tidak menandatangani dukungan persetujuan Bani Hasyim kepada Nabi saw, tetapi mengambil bagian dalam persetujuan musuh-musuh Islam, dan tetap bertahan di pihak musuh Nabi saw. Sekaitan dengan fakta-fakta ini, alasan kasus pengkhususan dalam surah ini bisa di mengerti.
“Tidaklah bermanfaat harta bendanya dan apa yang ia usahakan”
Dapat dipahami dari ungkapan ayat ini, Abu Lahab adalah seorang yang kaya raya dan sombong yang membanggakan diri dengan kekayaannya dan menggunakan kekayaan tersebut untuk melawan Islam.
“Kelak ia akan dibakar dalam api yang bergejolak”
Siksanya juga seperti namanya, Abu Lahab, yang berkobar dengan gejolak api besar dan membakar.
Bukan saja kekayaan Abu Lahab, melainkan juga tak satupun kekayaan atau kedudukan sosial kaum kafir dan pelaku kejahatan yang mampu menyelamatkan mereka dari api neraka, sebagaimana Surah asy-Syu’ara 88-89 ungkapan, (yaitu di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati nan bersih).
Api yang disebutkan dalam ayat “Kelak ia akan di bakar di dalam api yang bergejolak “ adalah api neraka. Namun sebagian mufasir percaya bahwa ia bisa juga meliputi apa yang ada di dunia ini.
“Dan istrinya adalah pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali yang membelit dari sabut”.
Ummu Jamil, saudari Abu Sufyan dan bibi Mu’awiyah adalah istri Abu Lahab. Ia seorang perempuan bermata juling yang sama-sama bertempramen buruk seperti suaminya. Bersama suaminya ia memusuhi dan merintangi dakwah Islam.
Namun, berkaitan dengan mengapa Al-Qur’an menyebutnya sebagai “pembawa kayu bakar” beberapa tafisarn telah diberikan.
Sebagian pendapat mengatakan, karena bisa mengikat cabang-cabang kayu berduri dengan tali yang terbuat dari serabut pelepah daun kurma yang digulung, memikulnya dan menyebarkannya di hampir kegelapan malam di atas jalan yang mungkin biasa di lalui Nabi saw, dengan harap melukai kaki beliau dan menyebabkan tubuh beliau terluka.
Sebagian perpendapat, bahwa pembawa kayu bakar bisa bermakna simbolik, yaitu membawakan kisah-kisah ke tengah-tengah penduduk untuk melibatkan mereka dalam jalinan pergunjingan dan pelecehan terhadap kebenaran.ini termasuk dari salah satu keburukan yang dilakukan istri Abu Lahab. Sedangkan sebagian mufasir lainnya berpendapat bahwa ia akan membawa pikulan berat dosa-dosa yang lain pada hari pengadilan.
Meskipun tidak mustahil untuk memadukan semua tafsiran tersebut, tapi penafsiran yang pertama, diantara semua tafsiran ini, tampak lebih sesuai.
Kata jid artinya “leher dan bagian atas dari dada”, yang bentuk jamaknya adalah ajydd. Sedangkan ‘unuq adalah “bagian belakang leher” (tengkuk), dan raqabah berarti “leher” secara keseluruhan.
Kata masad artinya “tali yang terbuat dari serabut pelepah daun kurma”. Sebagian beranggapan, ia adalah tali dari serabut pohon kurma yang tajam dan besi berat yang panas akan diletakan di atas leher si pendosa di neraka.
Ada juga pendapat yang mengatakan, Ummu Jamil, saudari Abu Sufyan yang menjadi istri Abu Lahab itu memiliki kalung yang sangat berharga.ia telah bersumpah bahwa ia akan menghabiskannya untuk melawan Nabi saw. atas perilaku ini barangkali Allah swt telah menunjukkan kepadanya azab seperti ini.





E.  Tafsir Al-Misbah, (M. Quraish Shihab)
AYAT 1-2
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan dia telah binasa. Tidaklah berguna baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”
Kata ﺘﺒﺖ (tabbat) atau ﺘﺐ (tabba) terdiri dari dua huruf yaitu ﺖ dan ﺐ. Menurut Al-Biqa’i, penggabungan kedua huruf itu, apapun diantara keduanya yang di dahulukan, maka ia mengandung makna keputusan atau kepastian yang pada umumnya berakhir dengan kebinasaan. Siapa yang memutuskan diri untuk hanya menoleh kepada sebab dan tidak kepada penyebab (Allah) maka ia telah binasa. Sementara ulama memahami kata tabbat bagaikan mengandung makna permohonan dari pembaca kepada Tuhan dan tabba adalah pengabulan Allah atas permohonan itu. Permohonan yang diajarkan ini setimpal dengan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Abu Jahal terhadap Nabi saw. dalam satu riwayat dijelaskan bahwa Abu Jahal ketika itu mengambil batu lalu melempar ke arah Nabi saw sambil mengucapkan makian dan harapannya itu.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata tabba mengukuhkan makna tabbat, apalagi boleh jadi timbul kesan dari kata (ﻴﺪﺍ) yadda/kedua tangan bahwa kebinasaan tersebut terbatas serta mengisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan kedua tangan bukan arti hakikinya, tetapi makna majdzi yakni totalitas yang bersangkutan. Penggunaan kata tangan untuk makna majdzi ini karena biasanya aktivitas manusia terlaksana dengan baik melalui kedua tangannya.
Kata ﻠﻬﺐ (lahab) berarti kebakaran api yang menyala dan dan teah tidak memiliki asap lagi. Menurut suatu pendapat, ia digelari dengan Abu Lahab sejak masa Jahiliyah karena kegagahan dan kecemerlangan wajahnya. Menurut Thahir Ibn ‘Asyur, al-Qur’an menggunakan gelar tersebut dan tidak menyebut namanya secara tegas, yaitu ‘Abdul ‘Uzza, karena kata ‘Uzza adalah salah satu nama berhala yang disembah kaum musyrikin. Al-qur’an enggan menggunakan nama tersebut. Ulama Mesir kontemporer, Mutawalli Asy-Sya’rawi, mengemukakan semacam kaidah, yaitu bila Al-qur’an menunjuk seseorang dalam salah satu kisahnya dengan nama asli itu mengisyaratkan bahwa hal serupa tidak akan terjadi lagi, tetapi bila menyebut gelarnya seperti Fir’aun, itu mengisyaratkan bahwa kasus serupa dapat terulang kapan dan dimana saja. Ini berarti Abu Lahab baru yang menentang ajaran Islam dan melecehkan Nabi saw. dapat saja muncul di tempat dan waktu yang lain.
Ada juga yang berpendapat bahwa gelar tersebut mengisyaratkan bahwa ia akan terbakar di neraka jahanam yang apinya berkobar-kobar. Kata Abu bisa juga digunakan dalam arti seseorang yang selalu menyertai sesuatu yang disebut sesudahnya. Dalam hal ini, Abu Lahab adalah bahwa lahab (kobaran api) selalu menyertainya.
Ayat kedua bermaksud menginformasikan bahwa Abu Lahab sama sekali tidak akan memiliki peluan untuk selamat. Harta benda yang diandalkannya tidak akan menyelamatkan atau mengurangi kebinasaanya, bahkan segala apa yang dapat diusahakannya tidak akan bermanfaat.
Penggunaan bentuk kata kerja masa lampau pada kata (ﺃﻏﻨﻰ) aghna, walaupun yang dimaksud disini adalah tidak bergunanya harta dan usahanya di masa datang, untuk mengisyaratkan kepastian ketiadaan manfaat itu seakan-akan ia telah terbukti dan terlaksana dalam kenyataan.
AYAT 3-5
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala. Dan istrinya, pembawa kayu bakar, dilehernya ada tali dari sabut.”
Kalimat (ﺤﻤﺎﻠﺔ ﺍﻠﺤﻂﺐ) ada yang juga yang memahaminya dalam arti pembawa isu dan fitnah, yang antara lain bertujuan melecehkan dan menghina Nabi Muhammad saw. serta memecah belah kaum muslimin. Fitnah dinamai hathab/kayu karena kayu adalah bahan bakar yang dapat menyulut api, sebagaimana fitnah menyulut api permusuhan. Ada juga yang memahami kalimat tersebut dalam pengertian hakiki, yakni istri Abu Lahab itu sering kali menaburkan duri-duri kayu di jalan-jalan yang dilalui Nabi Muhammad saw..
Kata (ﺠﻴﺪ) jid berarti leher.  Kata ini biasa digunakan khusus untuk menggambarkan keindahan leher wanita yang dihiasi dengan kalung.
Kata (ﺍﻠﻤﺴﺪ) al-masad adalah sejenis tali yang berasal dari satu pohon yang bernama Al-Masad, tumbuh di Yaman dan dikenal sangat kuat. Ada juga yang memahaminya sebagai tali yang terbuat dari sabut.
Ayat tersebut bermaksud menggambarkan betapa hina yang bersangkutan sehingga tubuhnya yang menjadi tempat hiasan justru terjerat dengan tali yang terbuat dari sabut tali yang amat kukuh, katakanlah yang biasa dipakai untuk mengikat perahu yang sedang berlabuh. Ayat ini dapat dipahami sebagai menggambarkan bahwa yang bersangkutan menjadi pemulung kayu yang meletakkan barang pulungan di punggung sambil menggantungkan nya dengan tali yang melilit ke lehernya.
Istri Abu Lahab meninggal dalam keadaan kemusyrikan sehingga ayat di atas dapat dinilai sebagai salah satu ayat yang berbicara tentang gaib yang telah terbukti dalam kenyataan.
Surah ini merupakan salah satu surah yang berbicara tentang gaib seta merupakan salah satu bukti betapa luasnya pengetahuan Allah. Abu Lahab selalu ingin membuktikan bahwa Rasulullah berbohong. Sebenarnya jika dia mau, bisa saja setelah turunnya surah ini, dia bepura-pura memeluk agam Islam dan ketika itu dapat membuktikan dalam bahasa kenyataan bahwa informasi wahyu yang diterima Rasulullah tidak benar. Namun, itu tidak dilakukannya boleh jadi karena tidak terpikir oleh nya dan karena kekufurannya sudah mendarah daging sehingga benar-benar tidak beriman dan wajar masuk ke neraka sebagaimana di informasikan dalam surah ini.



Tafsiran Istri Abu Lahab Pembawa Kayu Bakar
Di sini ada beberapa tafsiran ulama:
Pertama: Mengenai ayat (حَمَّالَةَ الْحَطَبِ), pembawa kayu bakar maksudnya adalah Ummu Jamil adalah wanita sering menyebar namimah, yaitu si A mendengar pembicaraan B tentang C, lantas si A menyampaikan berita si B pada si C dalam rangka adu domba. Ini pendapat sebagian ulama.
Kedua: Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud Ummu Jamil pembawa kayu bakar adalah karena kerjaannya sering meletakkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah pendapat yang dipilih Ibnu Jarir Ath Thobari.
Ketiga: Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud (حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) adalah Ummu Jamil biasa mengenakan kalung dengan penuh kesombongan. Lantas ia katakan, “Aku aku menginfakkan kalung ini dan hasilnya digunakan untuk memusuhi Muhammad.” Akibatnya, Allah Ta’ala memasangkan tali di lehernya dengan sabut dari api neraka.
Surat Al Lahab adalah Bukti Nubuwwah
Surat ini merupakan mukjizat yang jelas-jelas nampak yang membuktikan benarnya nubuwwah (kenabian), bahwasanya betul-betul beliau adalah seorang Nabi. Karena sejak turun firman Allah Ta’ala,
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.  Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”, Abu Lahab dan Ummu Jamil tidaklah beriman sama sekali baik secara zhahir atau batin, dinampakkan atau secara sembunyi-sembunyi. Maka inilah bukti benarnya nubuwwah beliau. Apa yang dikabarkan pada beliau, maka itu benar adanya.


FAEDAH SURAT AL LAHAB :
  1. Allah telah menetapkan akan kebinasaan Abu Lahab dan membatalkan tipu daya yang ia perbuat pada Rasulnya.
  2. Hubungan kekeluargaan dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman.
  3. Anak merupakan hasil usaha orang tua sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya anak adalah hasil jerih payah orang tua.” (HR. An Nasai no. 4452, Ibnu Majah no. 2137,  Ahmad 6/31. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini shahih). Jadi apa pun amalan yang dilakukan oleh anak baik shalat, puasa dan amalan lainnya, orang tua pun akan memperoleh hasilnya.
  4. Tidak bermanfaatnya harta dan keturunan bagi orang yang tidak beriman, namun sebenarnya harta dan keturunan dapat membawa manfaat jika seseorang itu beriman.
  5. Api neraka yang bergejolak.
  6. Mendengar berita neraka dan siksaan di dalamnya seharusnya membuat seseorang takut pada Allah dan takut mendurhakai-Nya sehingga ia pun takut akan maksiat.
  7. Bahaya saling tolong menolong dalam kejelekan sebagaimana dapat dilihat dari kisah Ummu Jamil yang membantu suaminya untuk menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  8. Akibat dosa namimah, yaitu menyulut api permusuhan sehingga diancam akan disiksa dengan dikalungkan tali sabut dari api neraka.
  9. Siksaan pedih akibat menyakiti seorang Nabi.
  10. Terlarang menyakiti seorang mukmin secara mutlak.
  11. Setiap Nabi dan orang yang mengajak pada kebaikan pasti akan mendapat cobaan dari orang yang tidak suka pada dakwahnya. Inilah sunnatullah yang mesti dijalani dan butuh kesabaran.
  12. Akibat jelek karena infaq dalam kejelekan dan permusuhan.
  13. Benarnya nubuwwah (kenabian) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  14. Ummu Jamil dan Abu Lahab mati dalam keadaan kafir secara lahir dan batin, mereka akan kekal dalam neraka.
  15. Tidak boleh memakai nama dengan bentuk penghambaan kepada selain Allah, karena Abu Lahab disebut dalam ayat ini tidak menggunakan nama aslinya yaitu Abdul Uzza (hamba Uzza). Padahal Al Qur’an biasa jika menyebut nama orang akan disebut nama aslinya. Maka ini menunjukkan terlarangnya model nama semacam ini karena mengandung penghambaan kepada selain Allah. (Ahkamul Quran, Al Jashshosh, 9/175)
  16. Nama asli (seperti Muhammad) itu lebih mulia daripada nama kunyah (nama dengan Abu … dan Ummu …). Alasannya karena dalam ayat ini demi menghinakan Abu Lahab, ia tidak disebut dengan nama aslinya namun dengan nama kunyahnya. Sedangkan para Nabi dalam Al Quran selalu disebut dengan nama aslinya (seperti Muhammad) dan tidak pernah mereka dipanggil dengan nama kunyahnya. (Ahkamul Quran, Ibnul ‘Arobi, 8/145)
  17. Kedudukan mulia yang dimiliki Abu Lahab dan istrinya tidak bermanfaat di akhirat. Ini berarti kedudukan mulia tidak bermanfaat bagi seseorang di akhirat kelak kecuali jika ia memiliki keimanan yang benar.
  18. Imam Asy Syafi’i menyebutkan bahwa pernikahan sesama orang musyrik itu sah, karena dalam ayat ini Ummu Jamil dipanggil dengan “imro-ah” (artinya: istrinya). Berarti pernikahan antara Ummu Jamil dan Abu Lahab yang sama-sama musyrik itu sah.
Faedah yang paling umum adalah Meskipun Abu Lahab paman kandung Nabi s.a.w. saudara kandung dari ayahnya, namun oleh karena sikapnya yang menantang Islam itu, namanya tersebut terang sekali di dalam wahyu, sehingga samalah kedudukannya dengan Fir'aun, Haman dan Qarun, sama disebut namanya dalam kehinaan. Dari Surat al-Lahab ini pun menjadi i'tibar bagi kita bagaimana hinanya dalam pandangan agama seseorang yang kerjanya "membawa kayu api", yaitu menghasut dan memfitnah ke sana ke mari dan membusuk-busukkan orang lain. Dan dapat pula dipelajari di sini bahwasanya orang yang hidup dengan sakit hati, dengan rasa kebencian kerapkalilah bernasib sebagai Abu Lahab itu, yaitu mati kejang dengan tiba-tiba bilamana menerima suatu berita yang tidak diharap-harapkannya. Mungkin juga Abu Lahab itu ditimpa oleh penyakit darah tinggi, atau sakit jantung.

HUBUNGAN SURAT AL-LAHAB DENGAN AL-IKHLAS
Surat Al Lahab mengisyaratkan bahwa kemusyrikan itu tidak dapat dipertahankan dan tidak akan menang walaupun pendukung-pendukungnya bekerja keras. Surat Al Ikhlash mengemukakan bahwa tauhid dalam Islam adalah tauhid yang semurni-murninya.

MUNASABAH
            Pada akhir Surah An-Nasr Nabi saw diperintahkan untuk bertasbih, bertahmid dan istighfar karena kemenangan yang diraihnya dan kejayaan Islam. Pada awal Surah Al-Lahab diterangkan kebinasaan penentang dakwah sebagaimana yang didetita Abu Lahab.