AMTSAL DAN MUNASABAH
SURAT MAKIYYAH MADANIYAH
AMTSAL DAN MUNASABAH
A. Amtsal Quran
1. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat
dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau
difahami oleh indera manusia. Contohnya dalam surat Al-Baqarah: 264 Allah
membuat masal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta dengan riya’, dimana ia
tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari perbuatannya itu.
Q.S. Al-Baqarah: 264
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ
مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا
يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ
“Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir”.
2. Menyingkapkan hakikat dari
mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak.
Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 275
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا
يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ
الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى
فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Orang-orang yang
makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni- penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
3. Mengumpulkan makna yang menarik dan
indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal
mursalah dalam ayat- ayat di atas.
4. Memotivasi orang untuk mengikuti
atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal. Misalnya Allah membuat masal bagi
keadaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dimana hal itu akan
memberikan kepadanya kebaikan yang banyak. Allah berfirman :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ
مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
5. Menjauhkan (tanfir, kebalikan no.4) jika isi masal berupa
sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan bergunjing :
Q.S. Al-Hujurat: 12
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ
أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
6. Menghindarkan
diri dari perbuatan negatif
7. Memuji
orang-orang yang diberi masal. Seperti firman-Nya tentang para sahabat.
Q.S. Al-Fath: 29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ
فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah
dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
8. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam
memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat
memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk
peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya. Allah berfirman :
Q.S. Az-Zumar: 27
وَلَقَدْ
ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya telah
Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya
mereka dapat pelajaran”.
Q.S.
Al-Ankabut: 43
وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا
إِلا الْعَالِمُونَ
“Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
9. Untuk menggambarkan (dengan masal itu) sesuatu yang
mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya masal tentang
keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga tidak
mengamalkannya.
Q.S.
Al-A’raf 175-176
وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ
الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
وَلَوْ
شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ
تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ
مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan bacakanlah
kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada
ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah
dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya
dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berpikir”
10.Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi
nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam
wadah nilai-nilai universalnya.
B. Bentuk –bentuk Amtsal dalm
al-Quran
Imam
as-Suyuti dalam al-Itqan membagi bentuk –bentuk amtsal menjadi 2 bentuk
1.
ظاهر مصرح به
Yaitu amtsal yang langsung secara dzahir menggunakan kata مثل seperti
dalam surat al-Baqarah ayat 17 :
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي
اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ
وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang
yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat”.
Dalam ayat di atas Allah membuat dua perumpamaan orang-orang
munafik dengan api dan hujan . Ibnu Abbas R.A berkata” dalam ayat tersebut
Allah merumpamakan orang-orang munafik dengan mendapatkan kemuliaan dengan
mereka masuk islam sehingga mereka dapat menikahi kaum muslimin, menerima
warisan dan memperoleh bagian hasil perang. Tetapi ketika mereka mati dan Allah
mencabut kemuliaan mereka seperti api yang di padamkan ( kehilangan cahaya) dan
mereka di siksa dengan siksaan yang pedih di akhirat”. Orang – orang munafik
juga seperti orang yang di timpa hujan lebat yang di iringi dengan guruh, gelap
gulita dan kilat mereka menumbat telinga mereka dengan jari . orang-orang
munafik ketika mereka di perintah Allah melalui al-Quran mereka tidak menerima
karena hati mereka tertutup kemunafikan.
2.
كامنة Yaitu amtsal
yang tidak secara langsung menggunakan lafadz مثل tetapi dengan
menunjukan makna-makna yang indah, menarik,singkat dan padat dalam redaksinya
dan mempunyai pengaruh tersendiri bila di pindahkan kepada yang serupa / mirip
dengannya. Contoh Ayat – ayat yang senada
dengan ungkapan “sebaik- baiknya perkara adalah yang tidak berlebihan, adil dan
seimbang” ada 4 ayat yang semakna dengan ungkapan tersebut dalam al-Quran :
a.
Dalam
surat al-Baqarah ayat 68
قال انه يقول انها بقرة لا فارض
ولابكر عوان بين ذلك
“Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda; pertengahan antara itu” .
b.
Dalam
surat al-Isra ayat 29
ولا تجعل يدك مغلولة الى عنقك ولا
تبسطها كل البسط
“Dan janganlah kamu
jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya”
c.
Dalam
surat al-Furqon ayat 67
والذين اذا انفقوا لم يسرفوا ولم
يقتروا وكان بين ذلك قواما
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”
d.
Dalam
surat al-Isra ayat 110
ولا تجهر بصلاتك ولاتخافت بها وابتغ
بين ذلك سبيلا
“janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya ٍdan carilah
jalan tengah di antara kedua itu”
C. Munasabah Quran
1.
Munasabah antara ayat dengan ayat lain, seperti firman
Allah
أَفَلَا
يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ
خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ
نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ
كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan ?” (Q.S. al-Ghasyiah : 17-20)
Dimana unta merupakan ciptaan yang
dekat dengan kehidupan manusia. Disaat dimana unta memerlukan makanan berupa
rumput, maka manusia menengadah kelangit berharap turunnya hujan yang dengannya
tumbuh rumput-rumput, sementara itu, bumi dan gunung merupakan tempat menetap
beristirahat dan mencari rezeki. Karena itu manakala mereka mendengar ayat-ayat
di atas, maka akan menimbulkan kesan yang sangat mendalam bagi siapa yang mau
merenunginya.
Contoh lain
dari munasabah antara ayat secara berurutan terjadi pada surat al-Qiyamah ayat 1-3
لَا أُقْسِمُ
بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ
:وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
:أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَلَّن نَجْمَعَ عِظَامَهُ
:وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
:أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَلَّن نَجْمَعَ عِظَامَهُ
Dalam surat
tersebut, ayat pertama menerangkan tentang sumpah Allah terhadap datangnya hari
kiamat. Ayat kedua menjelaskan bahwa di hari kiamat semua orang-orang menyesal
atas perbuatan yang telah dilakukan di dunia. Orang yang berbuat baik menyesal
kenapa dia tiada bertindak yang lebih baik lagi, adapun orang yang jahat
menyesal atas tindakannya.
Bahkan, mereka
memohon andaikata Allah mengijinkan mereka kembali lagi hidup mereka akan
bertindak baik. Namun semuanya itu hanya angan-angan belaka. Ayat ketiga
menkabarkan bahwa pada hari kiamat Allah menghidupkan tulang-tulang yang telah
tercerai-berai kembali menghadap pada-Nya untuk menanggung jawabkan apa yang
telah ia lakukan.
Terkadang juga
munasabah ayat berurutan juga menyesuaikan keadaan lawan bicara. Misal pada
surat al-Ghasyiyyah ayat 17-20
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ
خُلِقَتْ
وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
Ketiga ayat
tersebut menjelaskan tentang penggabungan antara onta, langit dan
gunung-gunung. Objek pembicaraan tersebut terjadi di kawasan padang pasir.
Dimana keadaan mereka bergantung pada air sebagai sumber kehidupan. Maka mereka
disuruh memikirkan bagaimana Allah menurunkan hujan dari langit.
Munasabah antar ayat yang menunjukkan adanya hubungan antara ayat awal
dengan ayat yang akhir contohnya terdapat pada surat Shad ayat 1:
ص وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ
dan pada surat Shad ayat 87:
:إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ
Surat Shad ayat pertama menjelaskan bahwa Al-Qur'an yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muahammad lewat perantara Malaikat Jibril
adalah sebagai peringatan. Ayat bagian akhir yakni pada ayat 87 Allah
menambahkan Al-Qur'an sebagai peringatan bagi alam semesta. Kolerasi antar
keduanya yakni sama-sama membahas Al-Qur'an.
2.
Munasabah antara surat dengan surat lainnya, seperti firman Allah berbunyi
:
لِإِيلَافِ
قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ
خَوْفٍ
(4)
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian
pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka
menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang
telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan”. (Q.S. Quraisy : 1-4)
Surat Quraisy di atas disebut setelah Surat al-Fiil, yakni berbunyi
:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ
بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2)
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3)
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4)
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah
menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia
mengirimkan kapada mereka burung Ababil, yang melempari mereka dengan batu
(berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun
yang dimakan (ulat)”.(Q.S. al-Fill : 1-5)
Surat Quraisy di atas`mengandung perintah menyembah Allah yang telah
memberi makanan kepada kaum Quraisy untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan. Maksud ayat surat ini relevan dengan surat sebelumnya,
yakni Surat al-Fiil, yang mengandung makna bahwa Allah telah menghancurkan
pasukan Gajah yang ingin memerangi kaum Quraisy dengan menghancurkan Ka’bah.
Artinya sebagai konsekwensi perlindungan Allah terhadap kaum Quraisy, maka
mereka harus beriman kepada-Nya.
3.
Munasabah pembuka dan penutup surat, seperti firman
Allah sebagai pembuka Surat al-Hadid berbunyi :
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Semua yang berada di langit dan yang berada di
bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(Q.S. al-Hadid : 1)
Ayat pembuka surat al-Hadid ini yang mengandung
penjelasan semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada
Allah tentunya sangat bersesuaian dengan penutup surat sebelumnya, yaitu Surat
al-Waqi’ah, ayat 96, yang mengandung arti perintah tasbih, yakni berbunyi :
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu
yang Maha Besar.” (Q.S. al-Waqi’ah : 96)
D. Surat Makiyah
dan Madaniyah
Al-Qur’an turun kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu dua puluh tiga tahun dan sebagian besar
diterima oleh Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Mekah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَقُرْءَانًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى
مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيْلاً
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami
turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Israa’: 106)
Oleh karena itu, para ulama rahimahumullaahu
membagi Al-Qur’an menjadi dua:
1.
Al-Makiyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam sebelum hijrah ke Madinah.
2.
Al-Madaniyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam setelah hijrah ke Madinah.
Berdasarkan hal tersebut maka firman
Allah ‘Azza wa Jalla:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan
untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam sebagai agama bagimu.”
(Al-Maa’idah: 3), termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam pada haji wada’ di Arafah.
Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dari ‘Umar radhiyallaahu
‘anhu bahwa dia berkata: Sungguh kami mengetahui hari dan tempat turunnya
ayat tersebut kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yaitu saat
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berada di Arafah pada hari Jum’at.
Dua kelompok ayat ini masing-masing memiliki ciri-ciri yang
berbeda. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Aisyah r.a. telah
menyampaikan perbedaan antara Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah. Hadits
tersebut berbunyi “Ayat-ayat yang pertama turun berupa bait-baik, di
dalamnya diterangkan surga dan neraka. Dan ketika manusia berbondong-bondong
masuk Islam, turunlah ayat halal dan haram. Andaikata ayat pertama yang turun
adalah ‘Janganlah kalian meminum khamr’, niscaya mereka akan berkata ‘Kami
tidak akan meninggalkan khamr selamanya’. Dan kalau saja ayat pertama yang
turun adalah ‘Janganlah kalian berzina’, niscaya mereka akan berkata ‘Kami
tidak akan meninggalkan zina selamanya.’ Telah turun di Mekah, ketika aku
masih kecil dan tengah bermain, ayat : ‘Sebenarnya Hari Kiamat itulah hari
yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.’
(QS. Al Qamar : 46). Dan tidaklah turun surah Al-Baqarah dan surah
An-Nisa, kecuali ketika aku bersama Rasulullah.” (HR. Bukhari ).
Berikut adalah rincian perbedaan antara Surat Makkiyah dan Surat
Madaniyah :
No
|
Surat Makkiyah
|
Surat Madaniyah
|
1
|
Mengesakan Allah
|
Pada umumnya ayat-ayatnya panjang
|
2
|
Mengajak ke khittah islam
|
Menjelaskan hukum-hukum waris
|
3
|
Tentang hari kiamat
|
Pembatasan atau peraturan pada agama
|
4
|
Serta memuat kisah-kisah tentang para nabi terdahulu
|
Hak-hak yang diperoleh kaum muslim
|
5
|
Surat-surat Makkiyah mencapai 2/3 satu mushaf al-Quran
|
Menjelaskan tentang Jihad fi sabilillah
|
6
|
Pada umumnya pendek-pendek ayatnya
|
Di dalamnya terdapat izin berperang, atau ada
penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya
|
7
|
Mengandung ayat Sajadah
|
Di dalamnya terdapat penjelasan bagi
hukuman-hukuman tindak pidana, faraid hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang
bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan
|
8
|
Terdapat lafaz Kalla
|
Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik,
kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di mekkah
|
9
|
Terdapat seruan ayuhannas dan tidak terdapat ya-ayyuhallazina amannuu,
terkecuali dalam surah al-Hajj yang diakhirnya terdapat ya Ayyuhalladzinina
aamannu irka’u wasjudu (ayat 77 s.d. 22).
|
Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak
berlebih-lebihan dalam beragama, seperti kita dapati dalam surah Al-Baqarah,
An-Nisa, Ali Imran, At-Taubah, dll.
|
10
|
Mengandung kisah nabi-nabi dan umat yang telah
lalu, terkecuali surah Al-Baqarah
|
Mendalam, kuat, dan kokoh
|
11
|
Terdapat kisah Adam dan Idris, terkecuali surah
Al-Baqarah
|
Menggunakan kalimat-kalimat ushul dan
ungkapan-ungkapan undang-undang (syariah)
|
12
|
Surat-suratnya dimulai dengan huruf At-Tahajji,
terkecuali surah Al-Baqarah dan Ali Imran
|
Berisi hudud, fara’idh, dan hukum
|
13
|
Penuh dengan syair dan ungkapan perasaan
|
Tidak terlalu banyak menggunakan sajak dan
pemisah, dan pemisahnya selalu panjang
|
14
|
Menggunakan
kalimat yang sangat fasih dan baligh
|
Banyak berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi
dan Nasrani
|
15
|
Berisi nasihat, bimbingan, tauhid dan Hari Kiamat, sejarah
umat-umat terdahulu, dan azab
|
Mengandung perintah untuk beramal dan beribadah
|
16
|
Menggunakan banyak pemisah dan biasanya pendek-pendek
|
Mengandung perintah untuk berjihad, menjelaskan
hukum jihad dengan perintah dakwah, tablig, dan irsyad
|
17
|
Tidak berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi dan Nasrani
|
|
18
|
Mengandung sedikit saja perintah untuk amal dan ibadah, fokusnya
pada masalah akidah dan tauhid
|
|
19
|
Tidak membahas masalah jihad, hanya membahas soal dakwah, tablig,
nasihat, dan kata-kata yang halus
|
|