Sabtu, 04 Januari 2014

ULUMUL QURAN



AMTSAL DAN MUNASABAH
SURAT MAKIYYAH MADANIYAH
 
AMTSAL DAN MUNASABAH
A.  Amtsal Quran
1. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk  kongkrit yang dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia. Contohnya dalam surat Al-Baqarah: 264 Allah membuat masal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta dengan riya’, dimana ia tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari perbuatannya itu.
Q.S. Al-Baqarah: 264
  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.
2. Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak. Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 275
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
 “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
3. Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat- ayat di atas.
4. Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal. Misalnya Allah membuat masal bagi keadaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dimana hal itu akan memberikan kepadanya kebaikan yang banyak. Allah berfirman :
  مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ
 وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
 “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
5. Menjauhkan (tanfir, kebalikan no.4) jika isi masal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan bergunjing :
Q.S. Al-Hujurat: 12
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ  بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ
 أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
 “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
6. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
7. Memuji orang-orang yang diberi masal. Seperti firman-Nya tentang para sahabat.
Q.S. Al-Fath: 29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ
 فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
8. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya. Allah berfirman :
Q.S. Az-Zumar: 27
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
 “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”.
Q.S. Al-Ankabut: 43
وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
 “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
9. Untuk menggambarkan (dengan masal itu) sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya masal tentang keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga tidak mengamalkannya.
Q.S. Al-A’raf 175-176
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ
 مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
 “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir”
10.Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.

B.  Bentuk –bentuk Amtsal dalm al-Quran
Imam as-Suyuti dalam al-Itqan membagi bentuk –bentuk amtsal menjadi 2 bentuk
1.     ظاهر مصرح به Yaitu amtsal yang langsung secara dzahir menggunakan kata مثل seperti dalam surat al-Baqarah ayat 17 :
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat”.
Dalam ayat di atas Allah membuat dua perumpamaan orang-orang munafik dengan api dan hujan . Ibnu Abbas R.A berkata” dalam ayat tersebut Allah merumpamakan orang-orang munafik dengan mendapatkan kemuliaan dengan mereka masuk islam sehingga mereka dapat menikahi kaum muslimin, menerima warisan dan memperoleh bagian hasil perang. Tetapi ketika mereka mati dan Allah mencabut kemuliaan mereka seperti api yang di padamkan ( kehilangan cahaya) dan mereka di siksa dengan siksaan yang pedih di akhirat”. Orang – orang munafik juga seperti orang yang di timpa hujan lebat yang di iringi dengan guruh, gelap gulita dan kilat mereka menumbat telinga mereka dengan jari . orang-orang munafik ketika mereka di perintah Allah melalui al-Quran mereka tidak menerima karena hati mereka tertutup kemunafikan.
2.      كامنة Yaitu amtsal yang tidak secara langsung menggunakan lafadz مثل tetapi dengan menunjukan makna-makna yang indah, menarik,singkat dan padat dalam redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila di pindahkan kepada yang serupa / mirip dengannya. Contoh Ayat – ayat yang senada dengan ungkapan “sebaik- baiknya perkara adalah yang tidak berlebihan, adil dan seimbang” ada 4 ayat yang semakna dengan ungkapan tersebut dalam al-Quran :
a.    Dalam surat al-Baqarah ayat 68
قال انه يقول انها بقرة لا فارض ولابكر عوان بين ذلك
  “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu” .
b.    Dalam surat al-Isra ayat 29
ولا تجعل يدك مغلولة الى عنقك ولا تبسطها كل البسط
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya”

c.    Dalam surat al-Furqon ayat 67
والذين اذا انفقوا لم يسرفوا ولم يقتروا وكان بين ذلك قواما
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”
d.   Dalam surat al-Isra ayat 110
ولا تجهر بصلاتك ولاتخافت بها وابتغ بين ذلك سبيلا
“janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya ٍdan carilah jalan tengah di antara kedua itu”
C.  Munasabah Quran
1.    Munasabah antara ayat dengan ayat lain, seperti firman Allah
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ
 كَيْفَ سُطِحَتْ (20) 
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan ? (Q.S. al-Ghasyiah : 17-20)

Dimana unta merupakan ciptaan yang dekat dengan kehidupan manusia. Disaat dimana unta memerlukan makanan berupa rumput, maka manusia menengadah kelangit berharap turunnya hujan yang dengannya tumbuh rumput-rumput, sementara itu, bumi dan gunung merupakan tempat menetap beristirahat dan mencari rezeki. Karena itu manakala mereka mendengar ayat-ayat di atas, maka akan menimbulkan kesan yang sangat mendalam bagi siapa yang mau merenunginya.
Contoh lain dari munasabah antara ayat secara berurutan terjadi pada surat al-Qiyamah ayat 1-3
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ
:وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
:أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَلَّن نَجْمَعَ عِظَامَهُ

Dalam surat tersebut, ayat pertama menerangkan tentang sumpah Allah terhadap datangnya hari kiamat. Ayat kedua menjelaskan bahwa di hari kiamat semua orang-orang menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan di dunia. Orang yang berbuat baik menyesal kenapa dia tiada bertindak yang lebih baik lagi, adapun orang yang jahat menyesal atas tindakannya.
Bahkan, mereka memohon andaikata Allah mengijinkan mereka kembali lagi hidup mereka akan bertindak baik. Namun semuanya itu hanya angan-angan belaka. Ayat ketiga menkabarkan bahwa pada hari kiamat Allah menghidupkan tulang-tulang yang telah tercerai-berai kembali menghadap pada-Nya untuk menanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan.
Terkadang juga munasabah ayat berurutan juga menyesuaikan keadaan lawan bicara. Misal pada surat al-Ghasyiyyah ayat 17-20
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
Ketiga ayat tersebut menjelaskan tentang penggabungan antara onta, langit dan gunung-gunung. Objek pembicaraan tersebut terjadi di kawasan padang pasir. Dimana keadaan mereka bergantung pada air sebagai sumber kehidupan. Maka mereka disuruh memikirkan bagaimana Allah menurunkan hujan dari langit.
Munasabah antar ayat yang menunjukkan adanya hubungan antara ayat awal dengan ayat yang akhir contohnya terdapat pada surat Shad ayat 1:

ص وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ
dan pada surat Shad ayat 87:
:
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ

Surat Shad ayat pertama menjelaskan bahwa Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muahammad lewat perantara Malaikat Jibril adalah sebagai peringatan. Ayat bagian akhir yakni pada ayat 87 Allah menambahkan Al-Qur'an sebagai peringatan bagi alam semesta. Kolerasi antar keduanya yakni sama-sama membahas Al-Qur'an.
2.    Munasabah antara surat dengan surat lainnya, seperti firman Allah berbunyi :
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ
خَوْفٍ (4)
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Q.S. Quraisy : 1-4)
Surat Quraisy  di atas disebut setelah Surat al-Fiil, yakni berbunyi :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3)
 تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung Ababil, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).(Q.S. al-Fill : 1-5)
Surat Quraisy di atas`mengandung perintah menyembah Allah yang telah memberi makanan kepada kaum Quraisy untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. Maksud ayat surat ini relevan dengan surat sebelumnya, yakni Surat al-Fiil, yang mengandung makna bahwa Allah telah menghancurkan pasukan Gajah yang ingin memerangi kaum Quraisy dengan menghancurkan Ka’bah. Artinya sebagai konsekwensi perlindungan Allah terhadap kaum Quraisy, maka mereka harus beriman kepada-Nya.
3.    Munasabah pembuka dan penutup surat, seperti firman Allah sebagai pembuka Surat al-Hadid berbunyi :
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. al-Hadid : 1)

Ayat pembuka surat al-Hadid ini yang mengandung penjelasan semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah tentunya sangat bersesuaian dengan penutup surat sebelumnya, yaitu Surat al-Waqi’ah, ayat 96, yang mengandung arti perintah tasbih, yakni berbunyi :
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar. (Q.S. al-Waqi’ah : 96)


D.  Surat Makiyah dan Madaniyah

Al-Qur’an turun kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur dalam jangka waktu dua puluh tiga tahun dan sebagian besar diterima oleh Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Mekah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَقُرْءَانًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيْلاً
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Israa’: 106)
Oleh karena itu, para ulama rahimahumullaahu membagi Al-Qur’an menjadi dua:
1.    Al-Makiyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebelum hijrah ke Madinah.
2.    Al-Madaniyah: ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam setelah hijrah ke Madinah.
Berdasarkan hal tersebut maka firman Allah ‘Azza wa Jalla:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (Al-Maa’idah: 3), termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada haji wada’ di Arafah.
Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dari ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata: Sungguh kami mengetahui hari dan tempat turunnya ayat tersebut kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yaitu saat beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berada di Arafah pada hari Jum’at.
Dua kelompok ayat ini masing-masing memiliki ciri-ciri yang berbeda. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Aisyah r.a. telah menyampaikan perbedaan antara Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah. Hadits tersebut berbunyi “Ayat-ayat yang pertama turun berupa bait-baik, di dalamnya diterangkan surga dan neraka. Dan ketika manusia berbondong-bondong masuk Islam, turunlah ayat halal dan haram. Andaikata ayat pertama yang turun adalah ‘Janganlah kalian meminum khamr’, niscaya mereka akan berkata ‘Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya’. Dan kalau saja ayat pertama yang turun adalah ‘Janganlah kalian berzina’, niscaya mereka akan berkata ‘Kami tidak akan meninggalkan zina selamanya.’ Telah turun di Mekah, ketika aku masih kecil dan tengah bermain, ayat : ‘Sebenarnya Hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.’ (QS. Al Qamar : 46). Dan tidaklah turun surah Al-Baqarah dan surah An-Nisa, kecuali ketika aku bersama Rasulullah.” (HR. Bukhari ).
Berikut adalah rincian perbedaan antara Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah :
No
Surat Makkiyah
Surat Madaniyah
1
Mengesakan Allah   
Pada umumnya ayat-ayatnya panjang
2
Mengajak ke khittah islam
Menjelaskan hukum-hukum waris
3
Tentang hari kiamat
Pembatasan atau peraturan pada agama
4
Serta memuat kisah-kisah tentang para nabi terdahulu
Hak-hak yang diperoleh kaum muslim
5
Surat-surat Makkiyah mencapai 2/3 satu mushaf al-Quran
Menjelaskan tentang Jihad fi sabilillah
6
Pada umumnya pendek-pendek ayatnya
Di dalamnya terdapat izin berperang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya
7
Mengandung ayat Sajadah
Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, faraid hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan
8
Terdapat lafaz Kalla
Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di mekkah
9
Terdapat seruan ayuhannas dan tidak terdapat ya-ayyuhallazina amannuu, terkecuali dalam surah al-Hajj yang diakhirnya terdapat ya Ayyuhalladzinina aamannu irka’u wasjudu (ayat 77 s.d. 22).
Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, seperti kita dapati dalam surah Al-Baqarah, An-Nisa, Ali Imran, At-Taubah, dll.
10
Mengandung kisah nabi-nabi dan umat yang telah lalu, terkecuali surah Al-Baqarah
Mendalam, kuat, dan kokoh
11
Terdapat kisah Adam dan Idris, terkecuali surah Al-Baqarah
Menggunakan kalimat-kalimat ushul dan ungkapan-ungkapan undang-undang (syariah)
12
Surat-suratnya dimulai dengan huruf At-Tahajji, terkecuali surah Al-Baqarah dan Ali Imran
Berisi hudud, fara’idh, dan hukum
13
Penuh dengan syair dan ungkapan perasaan
Tidak terlalu banyak menggunakan sajak dan pemisah, dan pemisahnya selalu panjang
14
Menggunakan kalimat yang sangat fasih dan baligh
Banyak berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi dan Nasrani
15
Berisi nasihat, bimbingan, tauhid dan Hari Kiamat, sejarah umat-umat terdahulu, dan azab
Mengandung perintah untuk beramal dan beribadah
16
Menggunakan banyak pemisah dan biasanya pendek-pendek
Mengandung perintah untuk berjihad, menjelaskan hukum jihad dengan perintah dakwah, tablig, dan irsyad
17
Tidak berisi debat dan dialog dengan kaum Yahudi dan Nasrani

18
Mengandung sedikit saja perintah untuk amal dan ibadah, fokusnya pada masalah akidah dan tauhid

19
Tidak membahas masalah jihad, hanya membahas soal dakwah, tablig, nasihat, dan kata-kata yang halus