Rumah Adat Kampung Naga |
Sebuah daerah perkampungan yang masih
asri, murni dan kental dengan budayanya yang mereka miliki sejak turun-temurun,
Kita mengenal dan menyapanya dengan “Kampung Naga”. Beberapa minggu yang lalu
kita dikejutkan dengan sebuah Etnik terpinggirkan dari bagian NKRI ini. Begitu
terkesannya, bagaimana mungkin ditengah kemajuan zaman yang terus-menerus
menampakkan dirinya lewat modernism yang bergaya hidup serba modern tentunya,
dimana teknologi, informasi dan komunikasi sudah bisa kita genggam sejak ilmu
pengetahuan mulai mengambil bagiannya untuk terus memberikan inovasi dan
perubahan-perubahan yang telah diberikannya kedalam hidup keseharian masyarakat
di dunia.
Justru sebuah komunitas kampung naga ini yang
sebenarnya tak jauh dari daerah atau komunitas lain yang merasakan
perubahan-perubahan tersebut, masih bisa bertahan dengan kesendirian. Ironinya
mereka tidak sedikitpun merasa tertinggal dengan keadaan mereka yang masih
mempertahankan budaya asli yang mereka miliki. Ditemui seseorang wanita lanjut
usia, ibu Enat umur 80 tahun dirumahnya, memberikan kesaksian bahwa mereka
tidak memungkiri inovasi yang serba ada pada zaman masa kini diluar sana,
mereka pun ikut senang, terkhusus dalam pendidikan mereka bisa mengikuti
majunya pendidikan. Mereka paham betul bagaimana pentingnya pendidikan untuk
kalangan manapun, tak terkecuali seperti mereka.
Walaupun kita hanya menginap satu hari
disana, tetapi kita sudah banyak belajar dari mereka. Setelah pulang pun rasanya
bagaikan membawa segudang pengetahuan yang sangat penting manusia pelajari
untuk menjadi manusia yang baik. Orang-orang harus tahu mengenai hal ini,
setidaknya hal apa yang mereka pertahankan selama ini bukan sekedar jalan yang
mereka tempuh karena secara turun temurun harus tetap terjalankan, akan tetapi
hal ini merupakan pilihan yang beralasan dan bisa dikatakan ini merupakan prinsip,
argument, statement rasional.
Terkadang, banyak diantara kita
menyepelekan keadaan sebuah etnik dan menyikapinya secara apatis terhadap
kebudayaan lain. Padahal hal demikian tidak mesti dilakukan, setiap orang
hendaknya dapat melihat eksistensi budaya lain sebagai sesuatu yang dapat kita
pelajari. Dalam sebuah perubahan budaya misalnya kita mengenal asimilasi,
akulturasi dalam interaksi. Setidaknya hal itu lah yang akan berjalan jika
demikian orang-orang tidak memandang sebelah mata sebuah etnik.
Memang untuk ukuran jaman sekarang, orang
hanya melihat keseluruhan peristiwa yang ada itu sebuah fenomena semata. Tidak
banyak dari mereka yang mengakui paham realism namun apa nyata yang mereka
lihat dari sebuah peristiwa. Kita sebagai manusia hanya bisa menerjemah saja,
untuk ukuran kebenaran sampai saat ini pun kita harus memilahnya.
Kampung naga yang senantiasa dihuni oleh
suku naga itu sendiri merupakan salah satu diantara etnik lain yang kita pilih
sebagai objek perolehan pengetahuan atas eksistensi budaya yang kini hampir
diacuhkan oleh sebagian umat manusia. Manusia itu sendiri tidak menyadari
bagaimana manusia tanpa budaya. Sedangkan ulah manusia itu sendiri budaya
tercipta, dan sebaliknya budaya itu sendiripun secara tidak langsung menjadikan
manusia. Itulah setidaknya manusia mesti memahami betul bahwa antara manusia
dan budaya itu bagaikan koin bermata dua, yang walaupun berbeda diantara
keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar