Karya
: Hilda Rubiah
Waktu
menunjukan pukul 04.00 pagi, suara adzan yang berkumandang membangunkanku untuk
melaksanakan shalat subuh dan mengaji. Semua orang-orang berlomba untuk pergi
ke masjid, tidak terkecuali aku. Mataku berasa berat untuk membukanya, teringat
di pikiranku hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah dengan guru-guru
yang serba baru. Aku pun segera bergegas mandi dan mengambil air wudhu. Rasanya
terasa dingin, seperti berada antara kutub utara dan kutub selatan, aku
menggigil dan aku pun langsung memakai baju dan melaksanakan shalat. Selesai
shalat aku sarapan, aku merasa gugup disaat aku hars bahagia untuk bergegas
pergi ke sekolah.
Ini
hari senin, waktunya untuk berkumpul upacara, aku masih ada dalam perjalanan
kaki. Aku rasa aku kesiangan. Dan setibanya di sana ternyata benar, aku
kesiangan, padahal harusnya aku tiba lebih awal, sebagai siswa baru di sekolah.
Gerbangnya ditutup dan sangat di jaga ketat oleh kedua orang yang berwajah
tegas, mereka membuatku kepanasan dan ketakutan.
Beberapa
menit kemudian aku tercekam, aku pun lepas dan segera masuk ke kelas. Saat ku
memasuki ruang kelas, aku rasakan gugup dengan teman-teman yang baru, aku pun
duduk dengan rasa yang penuh kenyamanan dengan teman sebangku, dia sangat baik
sekali dan dia juga ramah. Begitu aku akan duduk dan mmilih bangku yang kosong,
dia mengajakku untuk duduk di sebalahnya.
Tak
lama kemudian, sesorang wanita usia subur datang dan duduk di depanku. Dia
tersenyum dan sangat ramah sekali, wajahnya yang asing membuatku
bertanya-tanya. Dia mengajarkanku
beberapa hal dengan pengetahuan yang dia miliki. Dengan gaya bahasanya yang
lemas, sopan, santun dan puitis itu, dia ungkapkan kepadaku. Semuanya bermakna,
sungguh berarti. Dia mengajak dan memngingatkanku hendaknya seperti ibu.
Aku
memperhatikannya, entah apa yang terjadi di hatiku, kurasakan bahagia, tenang,
tentram dan damai. Semuanya nyaman, hingga sulit untuk ku ungkapkan.
Di
saat melihatnya, mendenganya, aku takut kehilangan, aku ingin yang terbaik
untuknya, maka dari itu aku berusaha sekuat tekadku untuk membahagiakannya dan
membuat dia bangga, tapi sayang, kepercayaan itu luntur setelah ku mendapatkan
kegagalan.
Sebelumnya
aku pernah bermimpi mejadi bintang yang paling bersinar, sungguh ku tak
menyangka, mimpi itu mengingatkanku bahwa “kegagalan yang di alami justru akan
menjadikanku semakin kuat”.
Hingga
ku menulis cerita ini pun adalah sebagai ungkapanku terhadap usahaku untuk
membuat dia bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar