Selasa, 12 November 2013

“AKU KAGUM”



Karya : Hilda Rubiah
Waktu menunjukan pukul 04.00 pagi, suara adzan yang berkumandang membangunkanku untuk melaksanakan shalat subuh dan mengaji. Semua orang-orang berlomba untuk pergi ke masjid, tidak terkecuali aku. Mataku berasa berat untuk membukanya, teringat di pikiranku hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah dengan guru-guru yang serba baru. Aku pun segera bergegas mandi dan mengambil air wudhu. Rasanya terasa dingin, seperti berada antara kutub utara dan kutub selatan, aku menggigil dan aku pun langsung memakai baju dan melaksanakan shalat. Selesai shalat aku sarapan, aku merasa gugup disaat aku hars bahagia untuk bergegas pergi ke sekolah.
Ini hari senin, waktunya untuk berkumpul upacara, aku masih ada dalam perjalanan kaki. Aku rasa aku kesiangan. Dan setibanya di sana ternyata benar, aku kesiangan, padahal harusnya aku tiba lebih awal, sebagai siswa baru di sekolah. Gerbangnya ditutup dan sangat di jaga ketat oleh kedua orang yang berwajah tegas, mereka membuatku kepanasan dan ketakutan.
Beberapa menit kemudian aku tercekam, aku pun lepas dan segera masuk ke kelas. Saat ku memasuki ruang kelas, aku rasakan gugup dengan teman-teman yang baru, aku pun duduk dengan rasa yang penuh kenyamanan dengan teman sebangku, dia sangat baik sekali dan dia juga ramah. Begitu aku akan duduk dan mmilih bangku yang kosong, dia mengajakku untuk duduk di sebalahnya.
Tak lama kemudian, sesorang wanita usia subur datang dan duduk di depanku. Dia tersenyum dan sangat ramah sekali, wajahnya yang asing membuatku bertanya-tanya.  Dia mengajarkanku beberapa hal dengan pengetahuan yang dia miliki. Dengan gaya bahasanya yang lemas, sopan, santun dan puitis itu, dia ungkapkan kepadaku. Semuanya bermakna, sungguh berarti. Dia mengajak dan memngingatkanku hendaknya seperti ibu.
Aku memperhatikannya, entah apa yang terjadi di hatiku, kurasakan bahagia, tenang, tentram dan damai. Semuanya nyaman, hingga sulit untuk ku ungkapkan.
Di saat melihatnya, mendenganya, aku takut kehilangan, aku ingin yang terbaik untuknya, maka dari itu aku berusaha sekuat tekadku untuk membahagiakannya dan membuat dia bangga, tapi sayang, kepercayaan itu luntur setelah ku mendapatkan kegagalan.
Sebelumnya aku pernah bermimpi mejadi bintang yang paling bersinar, sungguh ku tak menyangka, mimpi itu mengingatkanku bahwa “kegagalan yang di alami justru akan menjadikanku semakin kuat”.
Hingga ku menulis cerita ini pun adalah sebagai ungkapanku terhadap usahaku untuk membuat dia bahagia.


                                                                                         

Tidak ada komentar: