A.
Pengertian Sikap Sosial
Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam
kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang
menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal
ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.
Tiap-tiap
sikap mempunyai 3 aspek
1. Aspek
Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti
berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu
tentang objek atau kelompok objek tertentu.
2. Aspek
Afekit berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti
ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada
objek-ojek tertentu.
3. Aspek
Konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuatu sesuatu objek,
misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya
Di samping sikap sosial yang terdapat sikap individual, yaitu sikap yang
hanya dimiliki oleh perseorangan, misalnya: Sikap atau kesukaan seseorang
terhadap burung-burung tertentu, seperti perkutut, parkit, merpati, dan sebagainya.
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif
yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi:
simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya.
Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objeic psikologi
apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang
yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia
tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi (Back,
Kurt W., 1977, hal.3)
John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sikap sebagai kesiapan
merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek
atau situasi.
Sedangkan Genmgan mendefinisikan bahwa pengertian attitude dapat
diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan
sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan
unmk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu
lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada
beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap
setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi
tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang
wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks.
Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai
berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif
terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah
laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau
manifestasi dari sikap yang sama.
B. Sikap
Sosial Dan Individual
1. Sikap
Sosial
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh
orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang
dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap berkabung
seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.
Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:
Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:
a. Subjek orang-orang dalam kelompoknya.
b. Objek-objeknya sekelompok, objeknya sosial.
c. Dinyatakan berulang-ulang.
2. Sikap
Individual
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi
seorang. Objeknya pun bukan merupakan objek sosial. Misalnya: Sikap yang berupa
kesenangan atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.
Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual
sikap dapat pula dibedakan atas:
1. Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, merima,
mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku di mana
individu itu berada.
2. Sikapnegatif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau
tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.
Sikap positif/negatif ini tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang berlaku.
Sikap positif/negatif ini tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang berlaku.
Oleh karena itu untuk menentukan apakah sikap ini
positif/ negatifperlu dikonsultasikan dengan norma yang berlaku di situ. Di
samping itu masing-masing kelompok atau kesatuan sosial memiliki norma
sendiri-sendiri yang mungkin saling berbeda atau bahkan bertentangan. Sikap
yang dliperlihatkan oleh individu dalam kelompok A dianggap atau dinilai
sebagai sikap yang negatif, belum tentu sikap yang sama yang diperlihatkan oleh
anggota kelompok B juga dinilai sebagai sikap negatif.
C.
Pembentukan Dan Perubahan Sikap
Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu
sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan
misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini
keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya.
Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang
paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang
tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang
tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Di dalam
perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau
group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang sama
dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap
tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau
suatu objek.
1.
Faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan sikap
a. Faktor intern: yaitu manusia itu
sendiri
b. Faktor ekstern: yaitu faktor
manusia.
Dalam hal ini Sherif mengemukakan
bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:
a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
Faktor inipun masih tergantung pula
adanya:
- Sumber penerangan itu memperoleh
kepercayaan orang banyak/tidak.
- Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.
- Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.
Pembentukan
dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam
hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui
hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar,
buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang
mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan
sehari-hari baiyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dan: orang tua, saudara-saudara
di rumah memiliki peranan yang penting.
Sementara
orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah merupakan tanggung jawab orang
tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Lembaga
lembaga sekolah pun memiliki tugas pula dalam membina sikap ini. Bukankah
tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah adalah mempengaruhi,
membawa, membimbing anak didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh
masing-masing tujuan pendidikan?
Dengan
demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki tugas untuk
membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita
harapkan.
Pada
hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah tujuan
pendidikan.
2. Hubungan antara Sikap dan Tingkah laku
Adanya
hubungan yang erat antara sikap (attitude) dan tingkah laku (behavior) didukung
oleh pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk
bertindak.
Tetapi beberapa penelitian yang
mencoba menghubungkan antara sikap dan tingkah laku menunjukkan hasil yang agak
berbeda, yaitu menunjukkan hubungan yang kecil saja atau bahkan hubungan yang
negatif.
D. Ciri-Ciri Dan Fungsi Sikap
D. Ciri-Ciri Dan Fungsi Sikap
Sikap
menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang
yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa
sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah
sikap. Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
1. Sikap itu
dipelajari (learnablity)
Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif- motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2. Memihki kestabilan (Stability)
Sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman.
3. Personal (societal significance)
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
4. Berisi cognisi dan affeksi
Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Sedangkan fungsi dari sikap (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikandiri.
2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
E. Pengukuran Sikap Secara Langsung Dan Tidak Langsung
Para ahli Psikologi Sosial telah berusaha untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Beberapa bentuk pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak diadakannya penelitian sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Kepada subjek diminta untuk merespons objek sikap dalam berbagai cara.
Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:
1. Langsung (Direct measures of attitudes)
2. Tidak langsung (Indirect measures ofattitudes). (Whittaker, 1970, hal. 594-596).
1. Pengukuran sikap secara langsung
Pada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.
2. Pengukuran sikap secara tidak langsung
Teknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Adakah responden menjawab sejujurnya?
Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian halnya. Sebenamya problem ini sudah dikurangi dengan konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti bahwa problem tersebut sudah teratasi sepenuhnya.
Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur.
Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambar itu.
subjek kemudian di-score yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah dilakukán oleh Proshansky (:1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja dalam berbagai konflik situasi.
Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.
Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung mi menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.
Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif- motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2. Memihki kestabilan (Stability)
Sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman.
3. Personal (societal significance)
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
4. Berisi cognisi dan affeksi
Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Sedangkan fungsi dari sikap (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikandiri.
2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
E. Pengukuran Sikap Secara Langsung Dan Tidak Langsung
Para ahli Psikologi Sosial telah berusaha untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Beberapa bentuk pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak diadakannya penelitian sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Kepada subjek diminta untuk merespons objek sikap dalam berbagai cara.
Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:
1. Langsung (Direct measures of attitudes)
2. Tidak langsung (Indirect measures ofattitudes). (Whittaker, 1970, hal. 594-596).
1. Pengukuran sikap secara langsung
Pada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.
2. Pengukuran sikap secara tidak langsung
Teknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Adakah responden menjawab sejujurnya?
Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian halnya. Sebenamya problem ini sudah dikurangi dengan konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti bahwa problem tersebut sudah teratasi sepenuhnya.
Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur.
Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambar itu.
subjek kemudian di-score yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah dilakukán oleh Proshansky (:1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja dalam berbagai konflik situasi.
Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.
Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung mi menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar